Sakit Bukanlah Saat Kamu Tinggalkan Aku
Tapi Sakit Adalah Saat Kamu Khianati Aku
Hari
menunjukkan pukul 12.00 WIB, Matahari yang makin teriknya membakar kulit
Damasta yang sedang mendapat hukuman untuk hormat di depan tiang bendera hingga
jam pulang sekolah. “Gilak panas banget” bicara dalam hati. Tak tau mengapa Damasta
tiba-tiba jatuh. Banyak siswa yang langsung lari untuk membawanya ke UKS.
Damasta tak sadarkan diri kira-kira setengah jam. “Dimana sekarang aku? Fen?
Fendi kan? Dimana aku Pen?” Tanya Damasta, “UKS Dam, tadi kamu gag sadarkan
diri, emang kamu tadi kenapa bisa-bisanya dapat hukuman begituan?”. Damastapun
menjelaskan masalahnya pada Fendi, bahwa dia dihukum karena terlambat masuk
sekolah, ia terlambat masuk sekolah dikarenakan akan membeli setangkai bunga
mawar merah untuk pacarnya. Tapi apa daya ia masih kelas X SMA , ia belum
diperbolehkan membawa kendaraan bermotor. Ia pun naik angkutan umum untuk mencari-cari bunga tersebut. Bukannya
sesegera dapat malahan semua toko hanya menjual bunga imitasi. “Jadi begitu ya
Dam, mungkin kamu harus berjuang lagi. Pacarmu juga pasti akan ngertiin. Yok
udah masuk ke kelas udah hampir bel pulang nih”. Mereka berduapun bersama-sama
pulang ke kelas.
Hari-haripun
terus berlalu, Damasta kelihatan murung. Fendi dan Jodi yang kebetulan lewat
menghampiri Damasta. “Kenapa lagi kamu Wib? Selalu aja kamu galau-galau dan
galau” Tanya Jodi ke Damasta. “Iya, gini….” Damasta pun bercerita bahwa dia
sebenarnya sudah merekam beberapa video menyanyinya dengan bergitar dan sudah akan di burn, tetapi saat dia
menyanyi langsung ke pacarnya untuk mengetes apa dia suka, ternyata pacarnya
tidak suka dan berkata bahwa suaranya fals, apalagi setiap Damasta menyanyi
pasti akan diperintah untuk diam. Walau Damasta diperlakukan seperti itu ia
tetap menghargai perintah pacarnya, saat pacarnya bernyanyi, dengan ikhlas dan
tulus Damasta mendengarnya tanpa banyak berkeluh kesah, tapi apa daya pacarnya
tak suka akan suaranya. Ia akhirnya mengurungkan niatnya untuk memberikan
video-video tersebut.
Hujan
sedih tak begitu saja berlalu, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Ia
menabung untuk keperluannya membuat surprise dihari ulang tahun pacarnya di
Agustus nanti. Damasta ingin memberikan hadiah yang pasti tidak akan pacarnya
lupakan, ternyata pacar Damasta sudah akan dibelikan barangnya oleh orang
tuanya, untuk kesekian kalinya ia gagal untuk memberi kejutan untuk kekasih
hatinya. Kali ini pacar Damasta selalu meminta barang yang ia inginkan. Dengan
senang hati ia pun membelikannya untuk pacarnya selagi ia mampu. Walau mungkin
harganya murah-murah atau kurang mengenang tapi Damasta tetap berkorban. Uang
sakunya selama 1 minggu habis karena untuk menambah uang untuk membeli sesuatu
untuknya. Habis-habis dan berkurang. Damasta tau jika pengorbanannya itu tidak
akan sia-sia. Ia selalu berdoa-berdoa dan berdoa agar diberikan yang terbaik.
Tetapi
masalah tak kunjung siuman, kembali memanas dan hingga Damasta tak kuat untuk
berkata “Kita Putus!”. Dari saat itulah mereka terus bercek-cok Damasta selalu
salah dan Pacarnya pun selalu salah. Tidak ada yang ingin damai atau bagaimana.
Hingga tiba saatnya ketika Pacarnya yang sudah jadi mantan Damasta, pulang Les
malam minggu dan bersama lelaki lain makan bersama. Walau hanya makan bersama
sebagai seseorang yang masih cinta sekali dengannya tetap merasakan sakit yang
teramat, walau begitu mantannya tetap tidak mau merubah sikap ataupun berusaha.
Selalu saja. Lelaki itu juga padahal punya pacar, atau memang mereka begitu
atau bagaimana, yang penting MANTANKU UDAH KETERLALUAN! KURANG APA AKU UNTUK
DIA! GAG TAU PENGORBANANKU BUAT DIA! TAUNYA CUMA PENGORBANAN ORANG LAIN! SAKIT
SAAT DI GINIIN APAKAH AKU TEGA BUAT KAMU GINI! AKU MASIH MIKIR PERASAAN
PEREMPUAN YANG AKU SAYANGI PASTI AKAN SAKIT JIKA AKU BERBUAT BEGITU! TAPI APA!
DENGAN MUDAH KAMU GITU! SAKIT! Saat kamu tau ini, kamu akan merasa bahwa aku
emosional tapi apa? Aku gag curhat dengan siapapun. Tapi aku curhat dengan
selembar kertas dan sepucuk pena yang tertetes air mata penghianatan.Kamu pasti
akan nyesel dan terbayang baying akan kesalahanmu yang sangat bodoh itu.
0 comments:
Post a Comment